Makna Idul Adha dari Kamar Rawat: Nilai Pengorbanan, Keluarga, dan Tugas Profesi
Makna Idul Adha dari Kamar Rawat: Nilai Pengorbanan, Keluarga, dan Tugas Profesi
Oleh: Masri | Guru Seni | MitraGurHari Pertama – Air Panas dan Ujian Tak Terduga
Pagi itu berjalan seperti biasa. Istri sedang memanaskan air untuk stok minum keluarga. Setelah mendidih, ia mau memindahkan panci ke tempat lebih aman supaya cepat dingin. Tapi tak disangka, air panasnya terpercik ke tangan. Kaget, panci terlepas, dan tubuhnya jatuh. Air mendidih menyiram hampir seluruh sisi kiri tubuhnya, dari tangan sampai kaki.
Saya langsung bawa ke Puskesmas. Di sana, dr. Vella langsung memeriksa dan menyarankan:
“Lebih baik dirujuk ke RSUD Painan agar penanganannya lebih maksimal.”
Dalam hati saya cuma bisa berdoa, semoga lukanya tidak sampai berat. Tapi saya belajar satu hal: dalam kondisi seperti ini, tetap tenang itu wajib. Jangan panik, tapi bertindak.
Hari Kedua – IGD, Operasi, dan Simulasi OSN
Tiba di Rumah Sakit Umun Daerah Dr. Muhammad Zein, perawat langsung sigap menangani luka istri. Datanglah dr. Oky. Setelah melihat kondisinya, beliau menyarankan tindakan:
“Lukanya cukup dalam, sebaiknya dilakukan tindakan operasi supaya cepat pulih dan tidak infeksi.”
Malam itu operasi dilakukan. Alhamdulillah berjalan lancar.
Besoknya, saya harus balik ke sekolah. Ada tanggung jawab mendampingi siswa-siswa hebat dalam simulasi OSN. Istri dititipkan ke dua kakaknya yang luar biasa peduli.
Meski hati di rumah sakit, saya tetap berdiri di depan siswa, membimbing mereka. Setelah selesai, saya langsung kembali ke rumah sakit. Rasanya seperti ikut dua kompetisi sekaligus: satu di sekolah, satu di ruang rawat.
Hari Ketiga – Perban, Bubur, dan Candaan Ringan
Luka istri mulai masa penyembuhan. Balutan cukup tebal membungkus sisi tubuhnya. Tapi senyum itu masih ada. Bahkan sempat bercanda:
“Tahun ini air panas duluan nyerang daripada Idul Adha ya…”
Saya jawab, “Mungkin air panasnya pengen ikut qurban juga.”
Dan kami tertawa kecil, meski dalam suasana duka ringan.
Hari Keempat – Tamu dan Cerita Menyembuhkan
Kamar rawat mendadak jadi ruang silaturahmi. Rekan guru datang, alumni pun hadir, teman-teman mampir. Ada yang bawa buah, ada yang bawa canda, bahkan ada yang bawa nostalgia.
Salah satu alumni sempat nyeletuk:
“Bu, kalau sudah sembuh kita bikin pelatihan: ‘Manajemen Darurat Dapur & Emosi’…”
Saya jawab, “Jangan lupa bonus apron dan teh manisnya ya!”
Hari Kelima – Anak Belajar Tanggung Jawab dan Idul Adha di Rumah Sakit
Tiba hari Jumat. Kami rayakan Idul Adha dari kamar rumah sakit. Tak ada suara takbir keliling, tapi doa tetap terlantun. Saya berkata pada istri:
“Tahun ini yang kita sembelih bukan kambing. Tapi mungkin waktu, tenaga, dan rasa ego kita. Semoga tetap berpahala.”
Hari Keenam dan Ketujuh – Harapan dan Syukur
Hari-hari selanjutnya diisi perawatan. Suara bel ruangan, panggilan suster, dan tawa lirih dari pasien sebelah jadi latar cerita.
Alhamdulillah, dokter menyampaikan pemulihan berjalan baik. InsyaAllah minggu depan sudah bisa pulang. Rasanya seperti diberi oksigen segar.
Penutup – Luka Boleh Perih, Tapi Cinta Jangan Lupa Manis
Dari pengalaman ini, kami belajar:
✅ Air panas bisa membakar kulit, tapi tidak bisa membakar semangat.
✅ Tugas profesional tetap bisa berjalan selama ada niat dan pengaturan waktu.
✅ Anak-anak kadang lebih kuat dari yang kita bayangkan.
✅ Rumah sakit pun bisa jadi tempat menyulam cinta, sabar, dan doa.
Semoga cerita ini bisa jadi pengingat buat siapa pun: bahwa cinta, pengorbanan, dan tanggung jawab tak harus dirayakan dalam pesta besar. Bahkan dari kamar rawat pun, Idul Adha tetap bisa menjadi momen paling syahdu dalam hidup.
Penutup
Sabtu, 7 Juni 2025 — kabar baik akhirnya datang. Dr. Oky menyampaikan bahwa kondisi istri sudah cukup stabil dan diperbolehkan pulang. Perawatan akan dilanjutkan di rumah dengan pendampingan perawat. Rasanya seperti mendapatkan tiket pulang dari perjalanan panjang yang penuh ujian. Kami pun bersyukur, karena bisa kembali ke rumah, ke rutinitas, dan ke pelukan anak-anak dengan semangat baru. Luka mungkin belum benar-benar sembuh, tapi semangat dan cinta sudah jauh lebih kuat dari sebelumnya.
📌 Catatan Penutup:
Kalau sedang membaca ini di rumah, semoga sehat-sehat selalu. Tapi kalau sedang membaca dari ruang rawat, semoga cepat pulih dan tetap kuat. Kita tidak pernah tahu kapan ujian datang, tapi kita selalu bisa memilih untuk tetap saling menguatkan.
Ingin baca kisah inspiratif lainnya?
Silakan mampir ke www.mitraguru.com — tempat berbagi cerita, karya, dan semangat guru Indonesia.
Posting Komentar