Refleksi 3 Tahun Sebagai Guru Penggerak

Refleksi 3 Tahun Sebagai Guru Penggerak

Refleksi 3 Tahun Sebagai Guru Penggerak

Kemarin kita sudah sama-sama membuka lembaran Hari 1 – Awal September, Awal Semangat Guru Visioner. Hari ini, saya ingin berbagi sesuatu yang lebih personal: perjalanan saya selama tiga tahun menjadi Guru Penggerak. Perjalanan yang penuh cerita, tantangan, kadang bikin kening berkerut, tapi juga sering kali bikin hati hangat.

Apa Itu Guru Penggerak?

Bagi yang belum terlalu akrab, Guru Penggerak adalah program dari Kemendikbudristek untuk menyiapkan guru sebagai pemimpin pembelajaran. Bukan sekadar guru yang mengajar, tapi guru yang mampu menggerakkan ekosistem pendidikan di sekitarnya. Kalau istilah gampangnya, guru yang tidak hanya sibuk dengan kelas sendiri, tapi juga mau berbagi, berkolaborasi, dan menebar semangat.

Saya masuk ke program ini tiga tahun lalu, penuh rasa penasaran. Awalnya saya kira akan penuh teori. Ternyata, justru banyak praktik nyata. Diskusi, refleksi, aksi nyata di sekolah, hingga belajar memimpin komunitas belajar. Semua itu jadi pengalaman yang membentuk saya, bukan hanya sebagai guru, tapi juga sebagai manusia.

Tantangan yang Saya Hadapi

Tentu tidak mudah. Ada beberapa tantangan yang masih saya ingat sampai sekarang:

  • Manajemen waktu: Antara mengajar, belajar sebagai peserta, dan aktivitas di luar sekolah.
  • Resistensi lingkungan: Tidak semua rekan langsung menerima ide baru. Butuh kesabaran ekstra.
  • Tanggung jawab ganda: Guru Penggerak sering dianggap “serba bisa” sehingga banyak dilibatkan dalam kegiatan.

Namun, di balik tantangan itu, saya justru menemukan makna. Bahwa perubahan memang tidak bisa instan. Kalau semua orang langsung setuju, itu namanya bukan perubahan, tapi sekadar kebetulan. Hehe…

Pelajaran Berharga

Dari tiga tahun ini, ada beberapa pelajaran penting yang saya catat:

1. Kolaborasi Itu Kunci

Sendirian kita bisa melangkah cepat, tapi bersama-sama kita bisa melangkah jauh. Itulah yang saya rasakan dalam komunitas belajar. Diskusi sederhana bisa melahirkan ide besar.

2. Refleksi Membuat Kita Tumbuh

Saya jadi terbiasa menulis refleksi. Kadang hanya selembar kertas, kadang jadi artikel panjang. Dari sana saya sadar, refleksi bukan sekadar menulis, tapi sarana untuk mengenal diri sendiri.

3. Kepemimpinan Bukan Soal Jabatan

Kepemimpinan sejati adalah bagaimana kita memberi pengaruh positif, sekecil apapun. Bahkan senyuman dan sapaan sederhana bisa jadi energi untuk orang lain.

Jejak yang Ingin Ditinggalkan

Tiga tahun ini bukan akhir, justru awal dari perjalanan panjang. Saya ingin meninggalkan jejak bahwa guru bisa menjadi agen perubahan. Bukan karena kita punya semua jawaban, tapi karena kita mau mencari bersama-sama.

"Menjadi Guru Penggerak bukan soal titel, tetapi soal kesediaan untuk terus belajar, berbagi, dan menggerakkan orang lain."

Itulah refleksi saya. Besok kita akan masuk ke Hari 3 – Seni Mengajar: Ketika Papan Tulis Menjadi Kanvas. Percayalah, papan tulis itu bukan hanya tempat menulis rumus, tapi bisa jadi medium seni. Tunggu kisahnya! 😉


📌 Caption Singkat

"Tiga tahun jadi Guru Penggerak, bukan soal titel tapi tentang keberanian belajar, berbagi, dan menggerakkan." – Refleksi singkat perjalanan saya.

Besok kita akan bahas tentang konsisten yang mengubah hidup Jangan sampai ketinggalan