Antara Papan Tulis dan Peluang Usaha: Ketika Pilihan Menjadi Guru atau Pengusaha Tak Lagi Mudah

Ketika Pilihan Menjadi Guru atau Pengusaha Tak Lagi Mudah

Oleh Masri – Guru Seni & Penggerak Komunitas Belajar

Ada saatnya guru pun lelah. Bukan karena kehilangan semangat, tapi karena rindu pada makna. Dan saat itu tiba, pertanyaan ini datang tanpa diundang: lanjut mengabdi, atau selamatkan usaha yang hampir mati?

Saya tidak pernah membayangkan akan menulis ini. Sebagai seorang guru, saya mencintai dunia pendidikan. Saya mencintai anak-anak, ruang kelas, dan proses panjang membentuk karakter melalui seni dan diskusi. Tapi seperti banyak orang lainnya, saya juga manusia biasa.


📌 Dua Jalan yang Tak Lagi Paralel

Beberapa tahun terakhir, saya mencoba membangun sebuah usaha berbasis digital. Awalnya kecil—sebagai bentuk dukungan pada ekonomi lokal, sebagai ruang belajar baru di luar kelas. Tapi perlahan, usaha ini tumbuh. Dan bersamaan dengan itu, tanggung jawab sebagai guru semakin menuntut.

Lelah mulai datang bukan dari murid, tapi dari pertanyaan batin:

"Apakah saya sedang mengecewakan keduanya?"

Usaha saya terbengkalai. Sekolah pun menuntut lebih banyak waktu, energi, dan emosi.

Dan saya berdiri di tengah:

🔹 Di satu sisi, profesi guru adalah panggilan jiwa.

🔹 Di sisi lain, usaha ini adalah potensi pemberdayaan yang lebih luas.

💬 Suara Hati: Guru atau Pengusaha?

Pernah suatu malam, saya menulis di jurnal pribadi:

Jika aku tetap menjadi guru, mungkin aku akan kehilangan kesempatan untuk menciptakan ekosistem yang lebih berdampak lewat teknologi. Tapi jika aku tinggalkan sekolah, mungkinkah aku mengkhianati panggilan awal?

Sulit. Berat. Tapi bukan berarti mustahil.

Saya mulai menyadari, mungkin pilihan bukan soal meninggalkan, tapi soal mengubah bentuk peran. Mungkin saya tak harus selalu berdiri di depan kelas, tapi bisa tetap mendidik lewat platform digital, lewat program kewirausahaan siswa, lewat komunitas belajar yang saya bangun.


🌱 Memaknai Ulang "Mengabdi"

Mengajar tidak harus selalu dalam bentuk formal. Pendidikan bisa hidup di mana saja:

– Di meja kasir usaha kecil.

– Di aplikasi digital.

– Dalam mentoring wirausaha muda.

– Bahkan di konten media sosial yang menginspirasi.

Menjadi guru, bagi saya, sekarang adalah pilihan tentang cara menyampaikan makna, bukan hanya soal lokasi atau seragam.

✍️ Catatan untuk Rekan Guru yang Sedang Bimbang

Kepada sesama guru yang mungkin sedang berada di persimpangan serupa, izinkan saya berbagi:

Tidak apa-apa merasa lelah.

Tidak apa-apa mempertanyakan arah.

Tidak dosa jika kita ingin menjajaki jalan baru.

Selama niat kita tetap untuk memberi makna dan kebermanfaatan, maka jalan mana pun yang kita pilih—pendidikan atau usaha—akan tetap bernilai mulia.


🔗 Penutup: Menyatukan Dua Peran

Hari ini saya belum memutuskan sepenuhnya. Tapi saya percaya, jalan pengabdian itu bisa bercabang, bahkan mungkin bisa disatukan. Guru bisa jadi pengusaha. Pengusaha bisa tetap menjadi pendidik. Semua tergantung pada nilai yang kita bawa.

Dan saya percaya, tidak semua orang harus memilih antara satu atau yang lain. Kadang kita hanya perlu mendefinisikan ulang arti mendidik dalam versi yang lebih luas dan berdampak.

#GuruAtauPengusaha #DilemaGuru #MotivasiPendidikan #PilihKarier #UsahaDigital #GuruBerwirausaha #CeritaGuru